Rabu, 10 April 2019

EMBUNG GIRIROTO, WISATA ALAM DI DESA GUNUNG MIJIL, BOYOLALI

Embung Giriroto, Boyolali, Jawa Tengah
Boyolali, sebuah kota kecil yang terletak dibawah kaki gunung Merapi dan terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta, berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara; Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, dan Kota Surakarta (Solo) di timur; Kabupaten Klaten di selatan; serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di barat. Boyolali kini dikenal sebagai New Zealand Van Java, karena mempunyai banyak pariwisata yang dapat menarik wisatawan. Salah satunya adalah Embung Giriroto.
Embung Giriroto adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada saaat musim kemarau, cekungan yang dalam di suatu daerah perbukitan yang terletak di daerah Kabupaten Boyolali. Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah tangkapan. Embung adalah bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi, biasanya di luar sungai. embung Giriroto ini terletak di   Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Embung ini menampung air hingga berkedalaman di bawah 15 m.

Di Provinsi Jawa Tengah, dibangun Embung Giriroto di Kabupaten Boyolali. Embung yang berada pada area seluas 1,3 hektar dengan kapasitas 48.000 m3 tersebut direncanakan mampu mengairi lahan irigasi seluas 74 hektar, konservasi air yang digunakan sebagai sumber air baku, sumber air bagi ternak terutama pada saat musim kemarau. Pembangunan Embung Giriroto menghabiskan waktu 3 bulan. Sumber air dari embung Giriroto ini berasal dari waduk-waduk dan mengandalkan turunnya hujan.
Embung memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
  • Menyediakan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau.
  • Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan petani di lahan tadah hujan.
  • Mengaktifkan tenaga kerja petani pada musim kemarau sehingga mengurangi urbanisasi dari desa ke kota.
  • Mencegah/mengurangi luapan air di musim hujan dan menekan resiko banjir.
  • Memperbesar peresapan air ke dalam tanah.
A. Proses Pembangunan Embung Giriroto
Proses pengerukan Embung Giriroto memakan waktu sekitar 3 bulan dan pembangunan nya sekitar 7 bulan.  Pembangunan embung seluar 1,3 hektar ini menghabiskan dana 12,14 milliar.  Dalam pembangunan embung, semua pihak ikut membantu.  Baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun kelurahan. Pekerja dari pembangunan embung ini adalah masyarakat sekitar. Sehingga, dalam proses pembangunannya, embung ini sudah memberikan manfaat untuk warga. 
Embung Giriroto dibangun di desa Gunung Mijil, Giriroto karena tempat tersebut sangat strategis untuk pembangunan embung.  “ Embung di bangun di daerah Gunung Mijil karena tempatnya yang strategis.  Dikelilingi oleh gunung dan persawahan yang mampu mengoptimalkan multifungsi dari embung yaitu wisata dan irigasi” ujar Purwanto, kepala desa Giriroto. Desain dari embung ini juga menarik. Terdapat tulisan berwarna kuning keemasan di depan pintu masuk embung, pagar pembatas bukan hanya dibuat dari besi tetapi juga pagar dari semen sehingga lebih aman.  Embung juga di bangun dengan luas yang cukup untuk permainan wahana air seperti sepeda air, daerah tepian embung juga di bangun jalan yang dapat dimanfaatkan untuk jogging. 
Pemanfaatan embung ini belum optimal. Hal ini karena embung baru saja dibangun dan untuk pengembangannya juga butuh biaya yang tidak sedikit.  Kedepannya, embung ini akan dioptimalkan untuk fungsi pariwisata dan pengairan dengan penambahan fasilitas yang memadai. “Kedepannya, kami akan membuat fungsi embung ini lebih optimal. Kami akan mengadakan event tiap minggu dan memperindah embung serta melengkapi fasilitasnya agar dapat menarik pengunjung dan bisa mendongkrak ekonomi masyarakat Giriroto yang masih bergantung pada pukul nghasilan sawah tadah hujan” ujar Kepala Desa Giriroto dengan antusias. 
B. Fungsi Embung Giriroto
Ditinjau dari lokasi geografis embung tersebut, dapat dilihat bahwa letak Embung Giriroto jauh dari sungai. Sumber air embung tersebut berasal dari curah hujan dan juga pasokan air dari Waduk Cengklik. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, pemerintah desa setempat tidak terlalu memfokuskan fungsi embung pada aspek pertanian melainkan lebih mengedepankan potensi pariwisatanya. Akan tetapi, Embung Giriroto masih dapat difungsikan sebagai pemasok irigasi pada sawah-sawah di sekelilingnya apabila tersedia alat penunjang seperti pompa air, diesel, dan lain-lain.
Pengelolaan Embung Giriroto kini masih digarab oleh pihak pemerintah terutama pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Untuk saat ini, pengelolaan Embung Giriroto yang umurnya masih sebiji jagung, tidak dipungkiri masih dalam proses pengerjaan. Tujuan utama pembangunan Embung Giriroto yaitu pada multifungsi wisata. Embung dibuka untuk wisata dari pagi sampai sore. Memang untuk sekarang, belum ada tiket masuk ke Embung Giriroto, tetapi kedepannya akan ada tiket masuk area embung ini. Embung ini sudah ditanami beberapa tanaman yang masih proses pertumbuhan dan nantinya sebagai green area. Di sekeliling embung, dibangun jalan yang difungsikan sebagai tempat jogging atau olahraga lainnya. Selain itu, disediakan  rest area yang berupa tempat duduk di pinggir-pinggir jalan tersebut. 
Fasilitas yang ada di Embung Giriroto antara lain: tempat sampah, rest area, ruang workshop. Embung Giriroto kini menambah fasilitas wahana yang nantinya akan semakin menambah daya tarik wisatawan. Misalnya berupa bebek-bebekan. Kedepannya akan dilengkapi fasilitas umum, misalnya toilet, dan sebagainya. 
Serangkaian pengelolaan Embung Giriroto melibatkan berbagai pihak. Baik antara pemerintah, khususnya pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Pada tahap pengkerjaan awal ini, telah melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan Embung ini. Misalnya masyarakat ikut andil sebagai pedagang disekitar embung, tukang parkir, dan lain sebagainya. Masyarakat didorong untuk pro-aktif dalam pengelolaan embung. Karena embung ini memiliki tujuan untuk mendongkrak pendapatan masyarakat, yang sebagian besar bergantung dari sektor pertanian. Menjadikan masyarakat yang partisipatif melalui berbagai proses sosialisasi, pelatihan, dan lain sebagainya. 
Dalam jangka panjang, embung akan dilengkapi fasilitas umum dan akan diadakan berbagai event untuk menyemarakkan embung, dan semakin menambah daya tarik wisatawan. Melalui pemancingan semalam suntuk, pameran budaya, dan masih banyak lagi.
C. Pembangunan Embung Menurut Teori yang Ada
Secara singkat, tahap pembangunan embung sebagai berikut:
1. Penyiapan acuan dan kelembagaan
a) Mempelajari rancangan embung yang telah disahkan,
b) Pertemuan dengan masyarakat/kelompok dalam rangka sosialisasi
c) Pembentukan organisasi dan penyusunan program kerja.
2. Pembuatan sarana dan prasarana
Pengadaan peralatan/sapras diutamakan untuk jenis peralatan dan bahan yang habis pakai. Sedang pembuatan sarana dan prasarana dibuat dengan tujuan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang antara lain :
a) Pembuatan jalan masuk
b) Pembuatan gubuk kerja/gubuk material
3. Penataan areal kerja
a) Pembersihan lapangan
b) Pengukuran kembali
c) Pemasangan patok /profil
d) Pembuatan embung, apabila dilaksanakan di tanah milik masyarakat, maka tidak ada ganti rugi.
Untuk lebih rincinya, tahapan pembangunan embung akan dijelaskan dalam rincian di bawah ini. Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan petani dan kelompok tani.
A. Persyaratan Lokasi
  1. Daerah pertanian lahan kering/perkebunan/ peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.
  2. Air tanahnya sangat dalam.
  3. Bukan lahan berpasir.
  4. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran permukaan dan mata air atau parit atau sungai kecil.
  5. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain sebagainya.
B. Persyaratan Petani/Kelompok Tani
  1. Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi dan dinyatakan dalam surat pernyataan.
  2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah ada sebelumnya, bukan kelompok tani yang baru dibentuk karena ada kegiatan ini.
  3. Bersedia mengoperasikan, memelihara bangunan secara berkelompok dan bersedia menanggung biaya operasional dan pemeliharaan dan dinyatakan dalam surat pernyataan.
C. Survey CP/CL
Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/Kota) menentukan Calon Lokasi dan Calon Kelompok Tani sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pada butir A dan B.
D. Pencatatan Koordinat
Lokasi embung yang akan dibuat supaya dicatat koordinat geografisnya yang meliputi:
  • Lintang dan bujur
  • Ketinggian lokasi (dpl) dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.
E. Desain Sederhana
Desain sederhana dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan petani/kelompok tani. Desain diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh pelaksana (petani/kelompok tani) di lapangan. Dalam penyusunan desain perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi embung yang paling sesuai dengan kondisi lokasi setempat. Misalnya pada kondisi tanah yang porus, dinding embung harus lebih kuat dan kedap air. Embung dapat dibangun dengan memanfaatkan alur alami, saluran drainase, menampung mata air atau menggali tanah, atau langsung menampung air hujan.
  2. Menentukan letak geografis embung. Dalam menentukan letak embung harus diperhatikan posisi lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian dan kemiringan lahan. Sebaiknya letak embung lebih tinggi dibandingkan lahan usahatani agar distribusi dan pengaliran air ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan sistem gravitasi.
  3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan daerah tangkapan air hujan, yang aliran permukaannya dapat diarahkan masuk ke embung.
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan
Pengadaan bahan dan peralatan dilaksanakan oleh petani/kelompok tani agar mengikuti pedoman pengelolaan anggaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.
G. Konstruksi
Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana yang telah ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara padat karya agar petani mampu mengembangkan embung dan merasa ikut memiliki sejak dini. Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap antara lain :
1) Bentuk permukaan embung
  • Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di lapangan
  • Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung. Besaran volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran volume embung ini akan tergantung kepada konstruksi embung yang akan digunakan atau ada partisipasi dari masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari volume minimal tersebut.
Gambar 1. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping

2) Menggali tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.
3) Dinding pinggir embung
Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.
4) Memperkokoh dinding embung
  • Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retak dan air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagian-bagian tertentu yang rawan bocor.
  • Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali, pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun kolam, kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan adukan pasir dan semen.
  • Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang dilapisi semen agar tidak bocor.
  • Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga atau undakan di sekeliling dinding selain dapat juga berfungsi untuk mempermudah pengambilan air.

5) Pembuatan saluran pemasukan (inlet)
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air ke embung sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung, sehingga tidak merusak dinding/tanggul. Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup berupa sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.
6) Membuat pelimpas air/saluran pembuangan (outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada alur alami atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi bendung sekaligus mengalirkan air berlebih. Demikian pula pembuatan saluran pembuangan bagi embung. Secara skematis embung dapat direpresentasikan pada gambar berikut:
Gambar 2. Desain Sederhana Embung

H. Pengawasan
Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan harus melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak perencanaan hingga konstruksi selesai.
I. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan, yang terdiri dari Belanja Uang Honor Tidak Tetap yang digunakan untuk upah tenaga (Padat Karya) sebesar 50% (Rp. 25 juta/unit), dan Belanja Lembaga Sosial lainnya, digunakan untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50% (Rp. 25 juta/unit). Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya semua akan ditransfer ke rekening kelompok tani setelah mereka membuat proposal rencana kebutuhan biaya pembangunan embung. Proposal harus disetujui oleh Kepala Desa dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan dam parit agar dibuat jadwal palang untuk alat kontrol pengawasan dan pembinaan.
J. Gambar Teknis
Gambar 3. Tata Letak Embung yang ideal dalam Siklus Air. Sumber: Tim Peneliti BP2TPDAS IBB 2002.
K. Info Teknis Lainnya
Sumber: Tim Peneliti BP2TPDAS IBB 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air. Surakarta: BP2TPDAS IBB.

D. Pengelolaan Embung yang Ideal
1. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan pembangunan embung yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, yaitu :
  1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan, dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
  2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan, penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan lain-lain.
  3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-lain.
2. Operasional dan Pemeliharaan
Operasional dan pemeliharaan embung yang telah selesai dibangun dilakukan oleh petani/kelompok tani pengelola embung. Pemanfaatan air embung dilakukan dengan membuat Jaringan/ Saluran Air ke lahan usaha tani. Ada beberapa cara untuk mengairi lahan usaha tani, antara lain :
  1. Apabila lahan bertopografi miring (lereng), maka air dapat dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani secara gravitasi.
  2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian air irigasi suplementer. Untuk menjaga keberlanjutan embung, maka beberapa komponen pemeliharaan embung yang perlu mendapatkan perhatian antara lain :
A. Mengurangi kehilangan air karena penguapan. Untuk mengurangi kehilangan air oleh penguapan dapat dilakukan dengan, antara lain :
  1. Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di atas embung dibuat anyaman untuk media rambatan tanaman dan ditanami dengan tanaman merambat.
  2. Tiang penahan angin disamping embung (wind breaker) pada sisi datangnya angin dan bisa ditanam tanaman merambat atau pohon sebagai pengganti tiang.
B. Memelihara/Melindungi Embung
  1. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap tanggul embung.
  2. Pengangkatan endapan Lumpur.
  3. Perbaikan tanggul yang bocor.
  4. Tidak membuang sampah padat / cair ke dalam embung.
3. Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun macam laporan adalah :
1) Laporan Perkembangan.
Laporan ini berisi data dan informasi tentang perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan. Perkembangan realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar dilakukan pembobotan. Penilaian pembobotan pekerjaan hanya dilakukan terhadap kegiatan yang didanai dari dana Tugas Pembantuan. Laporan pelaksanaan ini agar dibuat sebagai laporan bulanan.
2) Laporan akhir
Setelah pelaksanaan pengembangan embung selesai, penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program Pengembangan Embung baik dari segi fisik maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi minimal kondisi sebelum dan setelah kegiatan. 


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian. Jakarta: Direktorat Bina 
Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan.
Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang Pertanian. Jakarta: 
Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi.
Purnomo, Eddy. 1994. PUSLITBANG TANAMAN PANGAN, BADAN LITBANG PERTANIAN 
DEPTAN. Jawa Timur: IPPTP Wonocolo.
Karama, Syafruddin. 2004. Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi Pertanian Indonesia
Jakarta: Harian Suara Pembaharuan.
htp://pla.deptan.go.id/pedum2007/
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 22/Menhut-V/2007 Tanggal : 20 Juni 2007: BAGIAN PERTAMA PEDOMAN TEKNIS GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL/Gerhan) DEPARTEMEN KEHUTANAN 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUNG GIRIROTO, WISATA ALAM DI DESA GUNUNG MIJIL, BOYOLALI

Embung Giriroto, Boyolali, Jawa Tengah Boyolali, sebuah kota kecil yang terletak dibawah kaki gunung Merapi dan terletak sekitar 25 km...